Halaman kampus ITB pada siang hari memang padat. Mahasiswa dan mahasiswi sibuk mencari tempat duduk di bawah rindangnya pohon agar terlindungi dari panasnya matahari. Motor-motor dan mobil yang terparkir menambah ramainya halaman kampus ini. Namun, aku tetap berusaha untuk melewati kerumunan manusia ini untuk bisa mendapat tempat duduk agar aku bisa dengan cepat menyelesaikan tugas dari dosen.
"BRUK", aku pun menabrak salah seorang mahasiswa. "Maaf", lanjutku.
Aku pun melanjutkan pencarianku untuk sebuah bangku yang kosong. Hingga akhirnya, aku menemukan sebuah bangku kosong di bawah pohon yang cukup rindang. Aku pun langsung duduk di situ dengan maksud agar mahasiswa-mahasiswi lain tidak ada yang duduk di situ. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah surat tergeletak di samping tempat duduku. Aku pun meraih surat tersebut dan membacanya, walau pada awalnya aku tidak yakin kepada siapa surat itu tertuju.
Sebuah kalimat tertera pada surat itu:
Kepadamu, Si Kelabu
Kalimat itu terkesan tidak asing untukku, dan seketika aku yakin bahwa surat itu tertuju padaku
Kepadamu, Si Kelabu
Isn't it lovely? Wake up in the morning and then fall in love with same person again and again for the rest of your life?
-Sadgenic, pages 20
Aku merasa sebuah palu telah memukulku, tepat di hatiku. Aku pun melihat ke sekeliling untuk mencari si pengirim surat tersebut-walau aku tahu siapa yang mengirimnya. Kulipat surat itu dan kumasukkan dalam tas. Aku pun merenung untuk beberapa saat, memahami kata-kata dalam surat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar