Selasa, 29 Mei 2018

Book Review: Komet by Tere Liye (Bumi #5)

Mulai: 28 Mei 2018
Selesai: 29 Mei 2018
Rating: 3.75/5

Penerbit: PT. Gramedia
Pengarang: Tere Liye
Tebal: 384 halaman
Tanggal terbit: Mei 2018

Setelah "musuh besar" kami lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal waktu, kapan pun pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya muncul di permukaan Bumi? Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet. Kami bertiga tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.

Buku ini berkisah tentang petualangan tiga sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja. Buku ini juga berkisah tentang persahabatan yang mengharukan, pengorbanan yang tulus, keberanian, dan selalu berbuat baik. Karena sejatinya, itulah kekuatan terbesar di dunia paralel.

Buku ke-5 dari serial "BUMI"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


"Aku mencari komet."
"Komet?" Aku tidak mengerti.
"Klan Komet tepatnya."
"Kamu mencari Klan Komet?" Aku menyeka dahi. Ada banyak sekali informasi baru yang kuterima dari percakapan tiga puluh detik terakhir.
"Yap. Portal menuju Klan Komet."
Kisah novel Komet dimulai dengan rasa penasaran Ali yang sangat besar terhadap Komet. Dengan membuat portal kecil, Ali bisa mendapatkan buku-buku dari Klan Bintang untuk mencari pulau yang diduga sebagai pintu portal menuju Klan Komet. Menduga bahwa pulau yang dicari berada di Klan Matahari, Raib, Ali, dan Seli pun akhirnya pergi menuju Klan Matahari. Setibanya mereka di Klan Matahari, para petinggi klan sedang mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai Klan Komet, tetapi, pada saat yang bersamaan, mereka baru menyadari bahwa jalan untuk membuka portal menuju Klan Komet yaitu dengan memetik bunga matahari pertama yang mekar di Klan Matahari. Sayangnya, karena terlambat menyadari, pasukan si Tanpa Mahkota pun sudah tiba lebih dahulu untuk mengincar bunga matahari pertama yang mekar. Pertarungan antara pasukan si Tanpa Mahkota dengan para petinggi klan tidak dapat dihindari, tetapi si Tanpa Mahkota berhasil memetik bunga matahari tersebut. Portal menuju Klan Komet pun terbuka dan si Tanpa Mahkota masuk ke dalamnya.

Bukan Ali namanya jika tidak membuat masalah. Ali pun ikut masuk ke dalam portal, disusul oleh Raib dan Seli. Mereka bertiga terdampar pada sebuah pulau, yang nantinya akan diketahui sebagai Pulau Hari Senin, salah satu pulau yang ada di gugusan Kepulauan Komet. Petualangan mereka di Kepulauan Komet untuk mencari pulau dengan tumbuhan aneh sebagai portal menuju Komet Minor pun segera dimulai.

Selanjutnya di Komet
(sumber: google.com)


My Review:

Setelah selesai dari Ceros dan Batozar saya langsung lanjut ke Komet! Benar-benar saya kira cerita petualangan Raib, Seli, dan Ali akan selesai di novel ini, ternyata masih berlanjut lagi huhu. Saya jadi semakin penasaran.

Bagi saya, dibandingkan dengan novel-novel lainnya, novel ini yang paling lemah. Seperti biasa, Raib, Seli, dan Ali akan menghadapi banyak tantangan sebelum mencapai ke tujuannya, tetapi kisah petualangan mereka di novel ini agak kurang seru dibandingkan kisah-kisah sebelumnya hehe. Pertemuan Raib, Ali, dan Seli dengan si Tanpa Mahkota membuat novel ini menjadi lebih menarik, tetapi pertemuannya hanya singkat. Belum lagi, ketika mereka berpetualangan di Kepulauan Komet, mereka tidak bertemu si Tanpa Mahkota secara langsung, jadi kisahnya tidak seseru yang diharapkan hehe. Apalagi, terdapat beberapa repetisi di beberapa bagian sehingga membuat kisahnya berjalan agak dipaksakan agar selesai, dan agak membosankan....tetapi, plot twist yang ada di bagian akhir buku ini bisa meningkatkan kembali antusiasme pembaca hehe.

Hal lain yang menarik di buku ini adalah adanya humor yang diselipkan pada kisah novel ini. Penggunaan nama-nama hari sebagai nama pulau dan pertengkaran antara Dorokdok-dok dengan Pemimpin Otoritas sangat menghibur! Dibanding novel-novel sebelumnya, saya merasa novel ini yang paling lucu, dari segi humor, hehehe.

3.75 dulu untuk kali ini.
Saya tidak sabar menunggu kelanjutannya! (dan semoga momen Ali dan Raib semakin banyak hihi)

2 komentar:

  1. Untuk penulis Indonesia yang menulis sci-fi, menurut saya ini emang sangat bagus, dan banyak masuk pengetahuan-pengetahuan berharga. Tapi dari segi keseluruhan, aku kok kayak kurang puas gitu ya sama endingnya, dan sama keseluruhan ceritanya. Ditambah lagi, ada spinoff yang kurasa emang nggak penting-penting amat untuk di buat, seperti ratu calista, dan si putih. Mengapa baru di sebut sekarang coba? Kan manjang-manjangin, hadeuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju! saya juga kurang puas sama endingnya sebenarnya hahaha ditambah spin offnya sepertinya tidak akan banyak menceritakan yang berhubungan dengan endingnya. But, overall it's okay haha.

      Hapus