Rabu, 10 Juli 2013

Book Review: Notasi by Morra Quatro

Started on: July 9 2013
Finished on: July 10 2013
Rating: 4.5/5

Penerbit: Gagas Media
Pengarang: Morra Quatro
Tebal: 294 halaman
Tahun Terbit: Mei 2013
Harga: Rp 43.000,- (Gramedia)

Rasanya, sudah lama sekali sejak aku dan dua melihat pelangi di langit utara Pogung.
Namun, kembali ke kota ini, seperti menyeruakkan semua ingatan tentangnya; tentang janji yang terucap seiring jemari kami bertautan.

Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungimu lagi.

Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi. Dan aku mendekap erat-erat kata-kata itu, menanti dalam harap. Namun, yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya. Kini, di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu....

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Novel ini menceritakan sebuah memori seorang perempuan yang bernama Nalia tentang kehidupannya pada waktu itu, pada waktu ia masih kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Pada waktu itu, hanya ada satu radio milik mahasiswa yang mengudara di atas Kota Yogyakarta-walau masih ilegal, yaitu radio milik Fakultas Teknik. Nalia dan Zee sangat membutuhkan radio tersebut untuk menyiarkan berita tentang Lomba Karya Tulis yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi. Namun, kedatangannya ke Fakultas Teknik membuatnya bertemu seorang mahasiswa bernama Nino.

Mereka tak berhasil untuk menyiarkan berita tentang lomba tersebut, hingga akhirnya mereka ke kampus D3 Teknik Elektro, karena di sana ada sebuah radio juga yang dibangun, namun sayangnya, mereka sudah tak beroperasi lagi. Pada saat itu, Nalia bertemu lagi dengan Nino.

Pada detik itu telah kukenali jiwa yang ramah di balik sosoknya yang pendiam, dan aku yakin itu. Karena aku tahu di bawah tekanan emosi rasa takut, marah, sedih, atau jatuh cinta, semua orang pasti menunjukkan warna asli mereka.
Itulah warna asli Nino.

Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik tidak terlalu begitu bersahabat karena mereka memperebutkan posisi untuk Ketua BEM Universitas. Namun, karena ada penyerangan tiba-tiba pada saat malam pengumuman Lomba Karya Tulis tersebut, ketiga kandidat pun bersatu.

Mereka hidup di jaman reformasi, di bawah kekuasaan presiden yang sama seperti sebelumnya. Demonstrasi pecah di Jakarta. Mahasiswa-mahasiswa di Yogyakarta pun melakukan demonstrasi dan itu adalah terakhir kali Nalia melihat Nino. Berhari-hari setelah kejadian itu, Nalia tidak dapat menemukan Nino yang kemudian setelah bertahun-tahun, Nalia menerima surat dari Nino melalui Farel-sahabat Nino. Nino berjanji untuk kembali namun setelah berbelas-belas tahun kemudian, ia tak kunjung kembali.

Baca selengkapnya di Notasi

image source: weheartit, edited by me

My Review:
Awalnya saya tidak berniat membeli buku ini. Namun, ketika melihat pengarangnya adalah Kak Morra Quatro, saya pun berniat untuk membelinya (berhubung novel pertamanya, Forgiven, itu keren). Pas ngeliat ada salah satu buku yang segelnya terbuka, saya pun membacanya-sedikit. Dan (lagi-lagi) tentang Teknik yang membuat saya semakin ingin membeli. Ketika saya melihat halaman tengah-tengah, background cerita yang jarang ditemui untuk novel remaja berhasil menghasut saya untuk membelinya. Jaman Reformasi.

Saya suka penggambaran tokoh-tokoh disini. Sederhana namun berhasil membuat tokoh-tokoh tersebut terasa hidup. Alur yang khas Kak Morra banget yaitu maju-mundur, tapi tetep oke sehingga membuat pembacanya tidak bingung. Kebetulan-kebetulan kebersamaan Nalia dan Nino pun beralasan, aku suka. 

Saya suka cerita bagian tengah-tengah. Ketika serangan dimulai pada saat malam Lomba Karya Tulis Fakultas Kedokteran Gigi. Dan akhirnya dilanjutkan dengan acara demonstrasi mahasiswa-mahasiswa di Yogyakarta. Itu keren. Jarang ada novel remaja yang mengangkat tema demonstrasi, perlawanan dengan aparat, jaman reformasi. Perjuangan anak-anak teknik untuk mempertahankan Jawara FM (atau yang sekarang bernama Swaragama FM) itu cukup mengesankan. Dengan uang seadanya, dan sekali gagal, namun pada akhirnya mereka berhasil membeli frekuensi dan izin resmi dari Dinas Perhubungan.

Kisah cinta yang terjadi disini pun sederhana. Dengan pertemuan yang sederhana pula. Saya suka tokoh Ve disini, dia tegar hahaha (ciri khas anak teknik) dan keberaniannya pada saat demonstrasi, itu keren. 

Endingnya cukup sayang. Nalia tidak bersama Nino, tapi di satu sisi, saya suka Nino berakhir dengan Ve hahaha. Mungkin ini novel terbaik yang pernah saya baca di tahun 2013.

great novel!

by ainuathifah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar